FILSAFAT ALIRAN SOFISME DAN PEMIKIRANNYA
MAKALAH
FAKULTAS TARBIYAH
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM (STAI) SUKABUMI
2014/1435
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………...…………………………….…………........ i
DAFTAR ISI……………………..…………………………….……………...… ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .……………………………………….…………….. 1
B. Rumusan Masalah…………………………………………………………….. 2
C. Tujuan dan Kegunaan Penulisan….……………………………………........... 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah dan Pengertian Sofisme ……………………………………………… 3
B. Ciri-ciri
dan Faktor Yang Menyebabkan Munculnya Sofistik ……………….. 4
C. Tokoh-tokoh
Sofisme dan Ajarannya ………………………………………....7
D. Ajaran Pokok
Kaum Sofisme ……………………………………………….. 14
E. Komentar
……………………………………………………………………. 15
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan………………………………………………..…………………. 16
B. Saran……………………………………………………...………………….. 17
DAFTAR PUSTAKA …..…………………………………………….………… iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Dalam makalah ini kita akan mempelajari
perkembangan filsafat Yunani dalam pertengahan kedua abad ke-5 SM. Zaman ini
meliputi baik aliran yang disebutkan Sofistik maupun filsafat Sokrates. Kita
akan melihat bahwa Sokrates tidak begitu bersahabat dengan kaum Sofis. Filsafat
Sokrates sebagian dapat dimengerti sebagai reaksi serta kritik atas
pendapat-pendapat kaum Sofis. Namun demikian, ada alasan juga untuk
membicarakan mereka berdua dalam bab yang sama. Bukan saja mereka hidup dalam
zaman yang sama, melainkan juga mereka membaharui filsafat dengan cara yang
sama.
Filsuf dan sastrawan Roma yang bernama Cicero
akan mengatakan bahwa Sokrates telah memindahkan filsafat dari langit ke atas
bumi. Maksudnya bahwa filsafat pra-sokratis, telah memandang alam semesta
dengan rupa-rupa cara, sedangkan Sokrates mencari obyek penyelidikannya di bumi
ini, yakni manusia. hal yang sama dapat dikatakan juga tentang kaum Sofis. Mereka
pun memusatkan seluruh perhatiannya pada manusia. Ketika kita mempelajari
filsafat pra-sokratis, sudah beberapa kali kita bertemu dengan
persoalan-persoalan yang menyangkut manusia, tetapi hanya sepintas lalu. Dalam
zaman ini manusia menjadi obyek pertama dan utama untuk menyelidiki filsafat.
B. Rumusan
Masala
1. Apa itu sofisme dan
bagaimana sejarahnya.?
2. Apa ciri-ciri dan Faktor
apa saja yang menyebabkan munculnya sofistik.?
3. Siapa saja tokoh-tokoh
aliran sofisme dan bagaimana ajarannya.?
4. Apa pengaruh aliran sofisme
itu sendiri.?
C. Tujuan
Penulisan
1. Untuk
Mengetahui Sofisme dan Sejarahnya
2. Untuk
Memahami Faktor Munculnya Sofistik
3. Untuk
Mengetahui Tokoh Aliran Sofisme dan Ajaranya
4. Untuk
Memahami Pengaruh Aliran Sofisme
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah dan
Pengertian Sofisme
1. Sejarah Sofisme
Sofis adalah nama yang diberikan kepada sekelompok filsuf
yang hidup dan berkarya pada zaman yang sama dengan Sokrates. Mereka muncul
pada pertengahan hingga akhir abad ke-5 SM.
Meskipun sezaman, kaum sofis dipandang sebagai penutup era
filsafat pra-sokratik sebab Sokrates akan membawa perubahan besar di dalam
filsafat Yunani. Golongan sofis bukanlah suatu mazhab tersendiri, sebab para
filsuf yang digolongkan sebagai sofis tidak memiliki ajaran bersama ataupun
organisasi tertentu. Karena itu, sofisme dipandang sebagai suatu gerakan dalam
bidang intelektual di Yunani saat itu yang disebabkan oleh beberapa faktor yang
timbul saat itu.
Kaum Sofis muncul pada pertengahan abad ke-5 SM. Beberapa
orang filsuf sofis yang terkenal tidak berasal dari Athena, namun semua nya
pernah mengunjungi dan berkarya di Athena.
2. Pengertian Sofisme
Sofisme berasal dari kata sofis yang berarti cerdik, pandai.Namun
kemudian berkembang artinya menjadi bersilat lidah. Sebab kaum sofis cara
menyampaikan filsafatnya dengan hal berkeliling ke kota-kota dan ke
pasar-pasar. Para pemuda dilatih kemahiran berdebat dan berpidato. Kepandaian
itu untuk mempertahankan apa yang dianggap benar.
B. Ciri-ciri dan Faktor Yang Menyebabkan Munculnya Sofistik
Beberapa cirri sofistik yaitu, Aliran yang
disebut Sofistik tidak merupakan suatu mazhab, yang dapat dibandingkan dengan
mazhab Elea umpamanya. Bertentangan dengan suatu mazhab, para sofis tidak
mempunyai ajaran bersama. Sebaiknya Sofistik dipandang sebagai suatu aliran
atau pergerakan dalam bidang intelektual yang disebabkan oleh beberapa factor
yang timbul dalam zaman itu. Tetapi sebelum kita memandang factor-faktor itu,
lebih dahulu sepatah kata harus dikatakan tentang sanam “Sofis”. Nama “Sofis”
(sophistes) tidak digunakan sebelum abad ke-5. arti yang tertua adalah “seorang
bijaksana” atau “seorang yang mempunyai keahlian dalam bidang tertentu”.
Terlalu cepat kata ini dipakai dalam arti
“sarjana” atau “cendikiawan”. Herodotos memakai nama sophistes untuk Pythagoras.
Pengarang Yunani yang bernama Androtion (abad ke-4 SM) mempergunakan nama ini
untuk menunjukkan “ketujuh orang bijaksana” dari abad ke-6 dan Sokrates.
Lysias, ahli pidato Yunani yang hidup sekitar permulaan abad ke-4 nama
philoshopos menjadi nama yang biasa dipakai dalam arti “sarjana” atau
“cendikiawan”, sedangkan nama sophists khusus dipakai untuk guru-guru yang
berkeliling dari kota ke kota dan memainkan peranan penting dalam masyarakat
Yunani sekitar pertengahan kedua abad ke-5. di sini kita juga mempergunakan
kata “Sofis” dalam arti terakhir ini.
Pada kemudian hari nama “Sofis” tentu
tidak harum. Akibatnya masih terlihat dalam bahasa-bahasa modern. Dalam bahasa
Inggris misalnya kata “sophist” menunjukkan seseorang yang menipu orang lain
dengan mempergunakan argumentasi-argumentasi yang tidak sah. Cara
berargumentasi yang dibuat dengan maksud itu dalam bahasa Inggris disebut
“sophism” atau “sophistery”. Terutama Sokrates, Plato dan Aristoteles denga
kritiknya atas kaum Sofis menyebabkan nama “sofis” berbau jelek. Salah satu
tuduhan adalah bahwa para Sofis meminta uang untuk pengajaran yang mereka
berikan.
Dalam dialog Protagoras, Plato mengatakan
bahwa para Sofis merupakan “pemilik warung yang menjual barang rohani” (313 c).
dan Aristoteles mengarang buku yang berjudul Sophistikoi elenchoi (cara-cara
berargumentasi kaum Sofis); maksudnya cara berargumentasi yang tidak sah.
Demikianlah para Sofis memperoleh nama
yang jelek, hal mana masih dapat dirasakan sampai pada hari ini, sebagaimana
nyata dengan contoh-contoh dari bahasa Inggris tadi. Beberapa Faktor Yang
Menyebabkan Munculnya Sofistik
Pertama Sesudah perang Parsi selesai (tahun 449 SM), Athena berkembang pesat dalam bidang politik dan ekonomi. Di bawah pimpinan Periklespolis inilah yang menjadi pusat seluruh dunia Yunani. Sampai saat itu Athena belum mengambil bagian dalam filsafat dan ilmu pengetahuan yang sedang berkembang sejak abad ke-6. Tetapi sering kali dalam sejarah dapat kita saksikan bahwa negara atau kota yang mengalami zaman keemasan dalam bidang politik dan ekonomi menjadi pusat pula dalam bidang intelektual dan cultural.
Pertama Sesudah perang Parsi selesai (tahun 449 SM), Athena berkembang pesat dalam bidang politik dan ekonomi. Di bawah pimpinan Periklespolis inilah yang menjadi pusat seluruh dunia Yunani. Sampai saat itu Athena belum mengambil bagian dalam filsafat dan ilmu pengetahuan yang sedang berkembang sejak abad ke-6. Tetapi sering kali dalam sejarah dapat kita saksikan bahwa negara atau kota yang mengalami zaman keemasan dalam bidang politik dan ekonomi menjadi pusat pula dalam bidang intelektual dan cultural.
Demikian halnya juga dengan kota Athena.
Kita sudah melihat bahwa Anaxagoras adalah filsuf pertama yang memilih Athena
sebagai tempat tinggalnya. Para Sofis tidak membatasi tidak membatasi
aktivitasnya pada polis Athena saja. Mereka adalah guru-guru yang bepergian
keliling dari satu kota ke kota lain. Tetapi Athena sebagai pusat cultural yang
baru mempunyai daya tarik khusus untuk kaum sofis. Protagoras misalnya, yang
dari sudut filsafat boleh dianggap sebagai tokoh yang utama antara para Sofis,
sering-sering mengunjungi Athena.
Kedua, Faktor Lain yang dapat membantu untuk memahami timbulnya gerakan Sofistik adalah kebutuhan akan pendidikan yang dirasakan di seluruh Hellas pada waktu itu. Sudah kami utarakan bahwa bahasa merupakan alat politik yang terpenting dalam masyarakat Yunani. Sukses tidaknya dalam bidang politik sebagian besar tergantung pada kemahiran berbahasa yang diperlihatkan dalam sidang umum, dewan harian atau sidang pengadilan. Itu teristimewa benar dalam masa yang dibahas di sini, karena hidup politik sangat diutamakan. Khususnya di Athena, yang sekarang mengalami puncaknya sebagai polis yang tersusun dengan cara demokratis. Itulah sebabnya tidak mengerankan bahwa orang muda merasakan kebutuhan akan pendidikan serta pembinaan, supaya nanti mereka dapat memainkan peranannya dalam hidup politik. Sampai saat itu pendidikan di Athena tidak melebihi pendidikan elementer saja.
Kedua, Faktor Lain yang dapat membantu untuk memahami timbulnya gerakan Sofistik adalah kebutuhan akan pendidikan yang dirasakan di seluruh Hellas pada waktu itu. Sudah kami utarakan bahwa bahasa merupakan alat politik yang terpenting dalam masyarakat Yunani. Sukses tidaknya dalam bidang politik sebagian besar tergantung pada kemahiran berbahasa yang diperlihatkan dalam sidang umum, dewan harian atau sidang pengadilan. Itu teristimewa benar dalam masa yang dibahas di sini, karena hidup politik sangat diutamakan. Khususnya di Athena, yang sekarang mengalami puncaknya sebagai polis yang tersusun dengan cara demokratis. Itulah sebabnya tidak mengerankan bahwa orang muda merasakan kebutuhan akan pendidikan serta pembinaan, supaya nanti mereka dapat memainkan peranannya dalam hidup politik. Sampai saat itu pendidikan di Athena tidak melebihi pendidikan elementer saja.
Kaum Sofis memenuhi kebutuhan akan
pendidikan lebih lanjut. Mereka mengajarkan ilmu-ilmu seperti matematika,
astronomi dan terutama tata bahasa. Mengenai ilmu yang terakhir ini mereka
boleh dipandang sebagai perintis. Dan tentu saja, kaum Sofis juga mempunyai
jasa-jasa besar dalam mengembangkan ilmu retorika atau ilmu berpidato. Selain
dari pelajaran dan latihan untuk orang muda, mereka juga memberi
ceramah-ceramah dengan cara populer untuk khalayak ramai yang lebih luas.
Dari uraian di atas ini boleh ditarik
kesimpulan bahwa kaum Sofis untuk pertama kalinya dalam sejarah mengorganisir
pendidikan untuk orang muda. Dari sebab itu paidela (kata Yunani untuk
“pendidikan”) dapat dianggap sebagai suatu penemuan Yunani. Itulah salah satu
jasa yang besar sekali, yang pengaruhnya masih berlangsung terus sampai dalam
kebudayaan modern. Ketiga,Faktor yang mempengaruhi timbulnya aliran Sofistik
boleh dilukiskan sebagai berikut. Karena pergaulan dengan banyak negara asing,
orang Yunani mulai menginsyafi bahwa kebudayaan mereka berlainan dari
kebudayaan-kebudayaan lain.
Kebudayaan Yunani terletak di tengah
kebudayaan-kebudayaan yang coraknya sangat berlainan. Dapat terjadi bahwa apa
yang dengan tegas ditolak dalam kebudayaan yang satu, sangat dihargai dalam
kebudayaan yang lain. Sejarawan Yunani Herodotos yang hidup dalam zaman ini dan
banyak bepergian ke negeri-negeri lain, telah menuliskan pengalaman itu dengan
cukup jelasan dan ia menyetujui pendirian penyair Pindaros bahwa adat kebiasaan
adalah raja segala-galanya. Pengalaman itu menampilkan banyak pertanyaan
diantara-nya:
·
Apakah peraturan-peraturan etis,
lembaga-lembaga sosial dan tradisi-tradisi relegius hanya merupakan suatu
kebiasaan atau konvensi saja?
·
Apakah kesemuanya itu hanya kebetulan
tersusun begitu?
·
Apakah mungkin suatu susunan yang sama
sekali berlainan? Para Sofis akan merumuskan persoalan ini dengan bertanya:
apakah peraturan-peraturan etis beralaskan adat kebiasaan (romos) atau
beralaskan kodrat (physis)?.
Pada umumnya para Sofis akan menjawab
bahwa hidup sosial tidak mempunyai dasar kodrati. Sampai-sampai Protagoras
tidak ragu-ragu mengatakan bahwa manusia adalah ukuran untuk segala sesuatu.
Dengan demikian kaum Sofis jauh-jauh dalam relativitasme di bidang tingkah laku
etis di bidang pengenalan.
Dengan relativisme dimaksudkan pendirian bahwa baik buruk dan benar salah itu bersifat relatif saja. Atau dengan kata lain, baik buruk dan benar salah tergantung pada manusia bersangkutan. Sokrates dan Plato dengan tajam sekali akan mengkritik pendirian itu. Tetapi dapat dibayangkan bahwa kaum Sofis mengalami sukses besar dengan anggapannya yang menentang tradisi-tradisi tua, terutama dalam kalangan kaum muda. Dalam hal ini angkatan muda Yunani tidak berbeda banyak dengan angkatan muda pada zaman lain, karena mereka selalu cenderung membuang yang kolot dan memihak kepada yang serba baru.
Dengan relativisme dimaksudkan pendirian bahwa baik buruk dan benar salah itu bersifat relatif saja. Atau dengan kata lain, baik buruk dan benar salah tergantung pada manusia bersangkutan. Sokrates dan Plato dengan tajam sekali akan mengkritik pendirian itu. Tetapi dapat dibayangkan bahwa kaum Sofis mengalami sukses besar dengan anggapannya yang menentang tradisi-tradisi tua, terutama dalam kalangan kaum muda. Dalam hal ini angkatan muda Yunani tidak berbeda banyak dengan angkatan muda pada zaman lain, karena mereka selalu cenderung membuang yang kolot dan memihak kepada yang serba baru.
C. Tokoh-tokoh Sofisme Dan
Ajarannya.
Di dalam sejarah filsafat, dikenal
beberapa nama filsuf yang termasuk di dalam kaum sofis, diantaranya adalah
sebagai berikut:
1.
Protagoras
a). Riwayat
Hidup
Protagoras lahir kira-kira pada tahun 485
di kota Abdera di daerah Thrake. Demokritos adalah sewarga kotanya yang lebih
muda. Sering kali ia datang ke Athena dan di sana ia terhitung pada kalangan
sekitar Perikles. Atas permintaan Perikles ia mengambil bagian dalam mendirikan
kota perantauan Thurioi di Italia Selatan pada tahun 444. pendirian kota itu
dimaksudkan Perikles sebagai usaha pan-Hellen, berarti seluruh Hellas
diharapkan mengambil bagian dalamnya. Ada tokoh-tokoh terkemuka yang ikut dalam
usaha itu, seperti misalnya Herodotos, Hippodamos dan Lysias. Protagoras
diminta untuk mengarang undang-undang dasar bagi polis baru itu.
Menurut Diogenes Laertios pada akhir
hidupnya Protagoras dituduh di Athena karena kedurhakaan (asebia) dan bukunya
tentang agama dibakar di hadapan umum. Diceritakan pula bahwa Protagoras
melarikan diri ke Sisilia, tetapi pada perjalanan ini ia tewas, akibat perahu layar
tenggelam. Tetapi karena kesaksian Diogenes Laertios ini tidak dapat dicocokkan
dengan data-data lain, kebanyakan sejarawan modern menyangsikan kebenarannya.
Protagoras mengarang sejumlah buku. Hanya
beberapa fragmen pendek masih disimpan. Tetapi isi ajarannya dapat diterapkan,
karena gagasan Protagoras ramai dipersoalkan di kemudian hari. Plato merupakan
sumber yang utama, khususnya kedua dialognya yang berjudul Theaitetos dan
Protagoras.
b). Ajaran.
Tentang pengenalan Dalam buku yang berjudul
Atletheia (“kebenaran”) terdapat tuturan.
Protagoras yang terkenal, yang disimpan
dalam kumpulan H. Diels sebagai fragmen 1: “Manusia adalah ukuran untuk
segala-galanya; untuk hal-hal yang ada sehingga mereka ada dan untuk hal-hal
yang tidak ada sehingga mereka tidak ada”. Pendiri ini boleh disebut
relativisme, artinya kebenaran dianggap tergantung pada manusia. Manusialah
yang menentukan benar tidaknya, bahkan ada tidaknya. Di sini dapat dipersoalkan
bagaimana kita mesti mengerti kata “manusia” itu. Yang dimaksudkan Protagoras,
manusia perorangan ataukah manusia sebagai umat manusia? Apakah kebenaran
tergantung pada Anda dan pada saya, sehingga kita mempunyai kebenaran
sendiri-sendiri? Ataukah kebenaran tergantung pada kita bersama-sama, sehingga
kebenaran itu sama untuk semua manusia, biar pun tidak mempunyai arti terlepas
dari manusia? Tidak dapat disangsikan bahwa Plato mengartikan perkataan
Protagoras tadi mengenai manusia perorangan. Itu jelas karena contoh yang
diberikannya untuk menerangkan pendapat Protagoras. Contohnya sebagai berikut:
Angin yang sama dirasakan panas oleh satu orang (yaitu orang sehat) dan
dirasakan dingin oleh orang lain (yang dalam keadaan sakit/demam). Mereka
kedua-duanya benar! Dan tidak ada alasan yang menuntut bahwa kita membatasi pendapat
Protagoras ini atas pengenalan inderawi saja.
Oleh karenanya kebenaran seluruhnya harus
dianggap relatif terhadap manusia bersangkutan. Semua pendapat sama benar,
biarpun sama sekali bertentangan satu sama lain. Tetapi, kalau demikian,
pendapat Protagoras sendiri tidak merupakan kekecualiaan. Karena, sebagaimana
disimpulkan oleh Plato, secara konsekuen pendapat Protagoras hanya benar untuk
dia sendiri saja dan mungkin sekali bagi orang lain kebalikannya yang benar.
c). Seni
berdebat
karangan lain berjudul antilogiai (Pendirian-pendirian
yang bertentangan).
Dalam karya ini Protagoras mengemukakan
anggapan yang tentu ada hubungannya dengan relativisme yang diuraikan di atas.
Dan anggapan ini sesuai dengan keaktifan khusus kaum Sofis, sebab kita sudah
melihat bahwa mereka terutama giat dalam bidang kemahiran berbahasa. Suatu
fragmen disimpan yang barangkali merupakan kalimat pertama dari karya tersebut:
“tentang semua hal terdapat dua pendirian yang bertentangan”. Boleh diandaikan
bahwa perkataan ini menyatakan gagasan pokok karya ini. Kalau benar tidaknya
sesuatu tergantung pada manusia, harus disimpulkan bahwa satu pendirian tidak
lebih benar dari pada kebalikannya. Ini mempunyai konsekuensi besar untuk
seorang ahli berpidato. Terserah pada kepandaiannya apakah ia akan berhasil
meyakinkan para pendengarnya mengenai kebenaran suatu pendirian yang sepintas
lalu rupanya tidak begitu sah.
Dari sebab itu perlu suatu latihan yang
memungkinkan orang “membuat argumen yang paling lemah menjadi yang paling kuat”.
Para musuh kaum Sofis telah menafsirkan gagasan ini dalam arti moral. Mereka
memberi kesan seakan-akan menurut Protagoras perbuatan yang sama serentak dapat
dicela dan serentak juga dipuji, sehingga sesuatu yang baik dijadikan sesuatu
yang buruk dan sebaliknya.
Dengan demikian seni berdebat menjadi alat
yang cocok sekali untuk penjahat-penjahat. Tetapi tidak ada alasan apa pun
untuk menyangka bahwa maksud Protagoras memang begitu. Oleh tradisi Yunani
disampaikan kesaksian bahwa Protagoras mempunyai tabiat yang luhur dan
dihormati oleh umum.
d). Ajaran
tentang negara dalam karya yang bernama tentang keadaan yang Asli.
Protagoras memberi suatu teori tentang
asal usul negara. Teori ini dipengaruhi di satu pihak oleh pengalaman yang
sudah disebut di atas, yakni bahwa tiap-tiap negara mempunyai adat kebiasaan
sendiri dan di lain pihak oleh kenyataan bahwa pada waktu itu banyak kota
perantauan masing-masing mendapat undang-undang baru. Kita sudah mendengar
bahwa Protagoras sendiri juga menyusun undang-undang demikian. Protagoras
berpendapat bahwa negara tidak berdasarkan kodrat, tetapi diadakan oleh manusia
sendiri. Ia melukiskan timbulnya keadaan itu ia mengalami rupa-rupa kedulitan,
seperti gangguan dari pihak binatang buas, bencana alam dan lain sebagainya.
Karena ia tersendiri merasa lemah dan tidak berdaya, ia mulai berkumpul dengan
teman-teman manusia lainnya dalam kota-kota.tetapi cepat sekali ia mengalami
bahwa hidup bersama tidak gampang pula. Dengan suatu mite, Protagoras
menerangkan bagaimana kesulitan baru ini diatasi. Seseorang dewa berkunjung
kepada manusia dan menyerahkan kepada mereka dua anugerah” keinsyafan dan
keadilan (dike) dan hormat kepada orang lain (aidos). Berkat kedua bakat ini
manusia dapat hidup bersama. Ia sendiri dapat mengadakan undang-undang. Jadi,
undang-undang tertentu tidak “lebih benar” dari pada undang-undang lain. Tetapi
undang-undang ini lebih cocok dengan masyarakat ini dan undang-undang lain lebih
cocok dengan masyaraka lain. Rupanya dalam bidang sosial juga manusia adalah
ukuran.
e). Ajaran Tentang allah-allah Masih disimpan datu fragmen dari karya Protagoras yang berjudul Peritheon (“perihal allah-allah):
e). Ajaran Tentang allah-allah Masih disimpan datu fragmen dari karya Protagoras yang berjudul Peritheon (“perihal allah-allah):
Mengenai allah-allah saya tidak merasa
sanggup menetapkan apakah mereka ada atau tidak ada; dan saya juga tidak dapat
menentukan hakekat mereka. Banyak hal yang merupakan halangan: baik kaburnya
pokok bersangkutan maupun pendeknya hidup manusia”. Pendapat Protagoras tentang
allah-allah boleh disebut suatu skeptisisme, artinya di sini tidak mungkin
mencapai kebenaran. Itu cocok sekali dengan anggapan relativistis yang dianut
Protagoras dalam bidang pengenalan. Tetapi kita tidak mempunyai informasi bahwa
ia juga menarik konsekuensi praktis dari pendapat skeptis itu. Mungkin sekali
ia menyimpulkan bahwa dalam hidup praktis manusia harus berpihak pada tradisi
saja dan beribadah kepada allah-allah polis, sebagaimana wajib dilakukan oleh
semua warga negara.
2. Gorgias
a). Riwayat
Hidup
Gorgias lahir di Leontinoi di Sisilia
sekitar tahun 483. Rupanya mula-mula dia murid Empedokles, kemudian dipengaruhi
oleh dialektika Zeno. Pada tahun 427 ia datang ke Athena sebagai duta kota
asalnya untuk meminta pertolongan melawan kota Syrakusa. Sebagai Sofis ia
mengelilingi kota-kota Yunani,terutama Athena, di mana ia mengalami sukses
besar, karena luar biasa fasih lidahnya. Ia dijunjung tinggi sebagai guru dan
mempunyai banyak murid. Ia meninggal pada usia 108 tahun, kira-kira pada tahun
375.
`b). Ajaran
Gorgias menulis sebuah buku yang berjudul
Tentang yang Tidak Ada atau Tentang Alam. Dalam buku ini ia mempertahankan tiga
pendirian yaitu:
(1). tidak ada sesuatu pun;
(2). seandainya sesuatu ada, maka itu
tidak dapat dikenal;
(3). seandainya
sesuatu dapat dikenal, maka pengetahuan itu tidak bisa disampaikan kepada orang
lain.
Ketiga pendirian ini disokong dengan
banyak argumen. Soalnya ialah bagaimana kita harus mengerti maksud Gorgias.
Ada sejarawan yang berpendapat bahwa yang
ia maksudkan memang seperti yang diucapkannya dengan ketiga pendirian ini.
Kalau demikian, Gorgias bukan saja menganut suatu skeptisisme (anggapan bahwa
kebenaran tidak dapat diketahui), melainkan juga memihak kepada nihilisme
(anggapan bahwa tidak ada sesuatu pun atau bahwa tidak ada sesuatu pun yang
bernilai). Tetapi sulit sekali untuk membayangkan bahwa pendirian-pendirian itu
mengandung maksud Gorgias sendiri. Agaknya ia ingin menyindir metode
berargumentasi yang dipakai mazhab Elea dengan memperlihatkan bahwa cara
berargumentasi mereka dapat diteruskan hingga menjadi mustahil. Dalam tradisi yunani
diceritakan bahwa sesudah mengarang karya yang di sebut di atas, Gorgias
berbalik dari filsafat dan mulai mencurahkan perhatiannya kepada ilmu retorika.
Kita masih mempunyai dua pidato yang dikarang Gorgias. Mungkin kedua pidato ini
disisipkan sebagai contoh dalam suatu buku pegangan mengenai ilmu retorika,
tetapi buku itu tidak ada lagi. Retorika dianggap Gorgias sebagai seni untuk
menyakinkan (“the art of persuasion”). Dari sebab itu tidak cukup mengemukakan
alasan-alasan yang diarahkan kepada akal budi, tetpai juga perasaan harus
disentuh.
Gorgias menciptakan gaya bahasa yang
memperaktekkan prinsip ini.
Di antara murid-murid Gorgias tentu harus disebut Isokrates, seorang ahli pidato yang ternama di Yunani. Ia akan membuka suatu sekolah Plato yang disebut “Akademia”.
3. Hippias
Di antara murid-murid Gorgias tentu harus disebut Isokrates, seorang ahli pidato yang ternama di Yunani. Ia akan membuka suatu sekolah Plato yang disebut “Akademia”.
3. Hippias
a). Riwayat
Hidup
Hippias adalah kawan sebaya dengan
Sokrates dan berasal dari kota Elis. Ia dibicarakan dalam kedua dialog Plato
yang berjudul Hippias Maior dan Hippias Minor. Rupanya ia menguasai banyak
lapangan keahlian, terutama ia mempunyai jasa-jasa besar dalam bidang ilmu
ukur.
b). Ajaran
Seperti banyak Sofis lain, Hippias juga
mencurahkan perhatiannya pada pertanyaan, apakah tingkah laku manusia dan susunan
masyarakat harus berdasarkan nomos (adat kebiasaan, undang-undang) atau harus
berdasarkan physis (kodrat). Tetapi ia memberi jawaban yang bertolak belakang
dengan kebanyakan rekan Sofis. Ia beranggapan bahwa kodrat manusiawi merupakan
dasar bagi tingkah laku manusia dan susunan masyarakat. Ia berpikir begitu,
karena undang-undang berkali-kali harus dikoreksi atau diubahkan. Oleh
karenanya ternyata bukan undang-undang yang merupakan norma terakhir untuk
menentukan yang baik dan yang jahat. Apalagi, undang-undang sering kali
memperkosa kodrat manusia. Misalnya undang-undang menggolongkan manusia sebagai
penguasa atau bawahan, sebagai orang bebas atau budak. Padahal, menurut
kodratnya, semua manusia sama derajatnya.
Dengan demikian pada Hippias tampaklah suatu
kosmopolitisme dan universalisme yang menandai banyak Sofis.
4. Prodikos
a). Riwayat
Hidup
Prodikos berasal dari pulau Keos dania
juga boleh dianggap sebagai kawan sebaya Sokrates.
b). Ajaran
Prodikos menganut suatu pandangan hidup
yang pesimistis. Kematian dianggapnya sebagai jalan untuk melepaskan diri dari
kesusahan dalam hidup manusia. Pendapatnya tentang asal usul agama pasti tidak
boleh dilupakan di sini. Menurut Prodikos, agama merupakan penemuan manusia.
Mula-mula manusia memuja tenaga-tenaga
alam sebagai dewa, misalnya matahari, bulan, sunagi-sungai dan pohon-pohon.
Sebagai contoh ia menunjuk kepada pemujaan sungai Nil di Mesir. Taraf berikut
ialah bahwa mereka yang menemukan keahlian tertentu (pertanian, perkebunan
anggur, pengolahan besi) dipuja sebagai dewa. Sebagai contoh ia menyebut
dewa-dewa Yunani Demeter, Dionysos, dan Hephaistos yang dalam agama Yunani
masing-masing dikaitkan dengan pertanian, anggur dan besi. Jadi, ia berpendapat
bahwa juga agama agama merupakan ciptaan manusia (nomos). Ia menyangka pula
bahwa doa itu kelebihan saja. Dan rupanya ia mengalami kesulitan-kesulitan
dengan pemerintah Athena karena anggapan-anggapan yang kurang ortodoks itu.
5. Kritias
a). Riwayat
Hidup
Kritias ini lebih muda dari Sokrates. Ia
berasal dari Athena dan memainkan peranan penting dalam politik kota itu.
b). Ajaran
Titik ajaran Kritias yang harus disebutkan
di sini ialah pendapatnya tentang agama. Ia beranggapan bahwa agama ditemukan
oleh penguasa-penguasa negara yang licik. Kebanyakan pelanggaran dapat diadili
menurut hukum. Tetapi selalu ada pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan
tersembunyi saja dan tidak diketahui oleh umum. Dari sebab itu
penguasa-penguasa membalas juga pelanggaran-pelanggaran tersembunyi.
6. Lykophron
a). Riwayat
Hidup
Lykophron adalah seorang filsuf yang
termasuk ke dalam golongan Sofis. Di antara nama-nama yang termasuk di dalam
golongan Sofis,
b). Ajaran
Lykophron termasuk sebagai filsuf yang
tidak diketahui mengenai pemikirannya.Hal itu disebabkan tidak ada fragmen-fragmen
dari karyanya yang tersimpan. Hanya ada beberapa komentar dari sumber-sumber
kuno tentangnya. Salah satu filsuf yang menyinggung namanya adalah Aristoteles
di dalam bukunya Retorika (1405b 35; 1406a b; 1410a 17). Ia dikenal sebagai
murid di sekolah orator milik Gtidakorgias.
Selain itu, ia menaruh perhatian juga
terhadap metafisika, ilmu politik, dan politik.
D. Ajaran Pokok Kaum Sofis
Kaum Sofis memiliki beberapa ajaran pokok
yaitu :
1) Manusia menjadi ukuran segala-galanya
2) Kebenaran umum (mutlak) tidak ada
3) Kebenaran hanya berlaku sementara
4) Kebenaran tidak terdapat pada diri
sendiri
Denagan ajaran yang demikian,maka Sofisme
tergolong Aliran relativisme. Ajaran Sofisme ada juga pengaruhnya yang positif
waktu itu,yaitu melehirkan banyak orang terampil berpidato. Disamping itu akal
manusia dihargai. Tetapi segi negatifnya menjadikan orang tidak bertanggung
jawab atas ucapan-ucapannya, sebab apa yang dikatakan hari ini untuk
sesuatu,bias saja hari esoknya berlainan dengan dalih bahwa kebenaran hanyalah
berlaku sementara.
Dengan perjalanan seperti itu dunia
pengetahuan menjadi tidak pasti dan terletak semata-mata ditangan orang-orang
yang dengan kecakapannya berpidato bias mempengaruhi masyarakat.
Maka retorika yaitu kecakapan berpidato
menjadi kunci kebenaran untuk membela suatu pendirian. Dan hilangnya keyakinan
karena kebenaran yang pasti tidak ada dan tidak akan tercapai.
Demokrasi Athena menghajatkan kepandaian
berdebat dan mendalil dimuka umum untuk menarik banyak suara yang menguntungkan
seseorang. Kaum Sofis menjanjikan untuk mengajar kepandaian dalam masalah ini. Secara
garis besar dapat dikatakan bahwa praktek mereka mendekati cara sarjana-sarjana
hokum dalam masyarakat modern,mereka bersedia memperlihatkan bagaimana membela
atau menghancurkan dalil suatu perkara.
Menurut pemikiran filsafatnya, orang
adalah ukuran segala sesuatu tentang adanya yang ada dan tentang tidak adanya
yang tidak ada. Ini dapat ditafsirkan bahwa setiap orang adalah ukuran segala
sesuatu dan jika terjadi pertentangan maka tidak ada kebenaran obyektif sesuai
dengan yang ditentukan mana yang benar dan mana yang salah.
E. Komentar
Dari
pemaparan tentang aliran sofisme diatas, kami tidak sepakat atau tidak setuju
dengan pemikiran kaum sofis. Karena bertentangan dengan ajaran Islam.
Dengan
aliran relaitivisme, seseorang mudah berbicara tanpa ada fakta, dan mengajarkan
seseorang tidak bertanggung jawab dengan apa yang dia katakan. Dalam ayat
alquran Alloh S,w,t. berfirman yang
Artinya: “Mereka hendak menipu Allah dan orang-orang yang beriman, pada hal
mereka hanya menipu dirinya sendiri sedang mereka tidak sadar”.
(QS. al-Baqarah (2) : 9).
(QS. al-Baqarah (2) : 9).
Dan di
perkuat dengan hadist Nabi SAW, tentang orang-orang yang munafik/berdusta.
“Hadis
riwayat Abu Hurairah Radhiyallahu 'anhu , ia berkata:Rasulullah Shallallahu
'alaihi wa sallam bersabda: Ada tiga tanda orang munafik; apabila berbicara ia
berbohong, apabila berjanji ia mengingkari dan apabila dipercaya ia berkhianat.
Dan hadist
yang di riwayatkan oleh: Al-Hakim dari Nabi, SAW
“Mereka
baik dalam berkata tapi jelek dalam berbuat, mengajak untuk mengamalkan kitab
Allah padahal mereka tidak menjalankannya sedikitpun.”
Jadi sangat jelas bahwa pemikiran kaum
sofis sangat bertentangan dengan ajaran islam. Waullahualla’am.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dalam uraian-uraian sejarah filsafat, kaum
Sofis tidak selalu dipandang dengan cara yang sama. Kadang-kadang dikemukakan
pertimbangan yang agak negatif. Tetapi dalam uraian-uraian lain kaum Sofis
direhabilitasikan lagi dengan penilaian yang lebih positif. Pada aliran
Sofistik sendiri terdapat dua aspek yang menampilkan penilaian yang
berbeda-beda itu.
Di satu pihak gerakan para Sofis
menyatakan krisis yang tampak dalam pemikiran Yunani. Rupanya pada waktu itu
orang merasa jemu dengan sekian banyak pendirian yang telah dikemukakan dalam
filsafat pra-sokratik. Reaksinya ialah skeptisisme yang dianut oleh para Sofis.
Kebenaran diragukan dan dasar ilmu pengetahuan sendiri digoncangkan
(Protagoras, Gorgias). Dengan itu Sofistik pasti mempunyai pengaruh negatif atas
kebudayaan Yunani waktu itu. Banyak nilai tradisional dalam bidang agama dan
moralitas mulai roboh. Peranan polis sebagai kesatuan sosial-politik mulai
merosot, karena kaum Sofis memajukan suatu orientasi pan-Hellen. Tekanan pada
ilmu berpidato dan kemahiran berbahasa menampilkan bahaya bahwa teknik
berpidato akan dipergunakan untuk maksud-maksud yang jahat. Kalau prinsip
Protagoras, yakni “membuat argumen yang paling lemah menjadi yang paling kuat”,
dikaitkan dengan relativisme dalam bidang moral, maka dengan sendirinya jalan
terbuka untuk penyalahgunaan itu. Sofis-sofis yang besar seperti Protagoras dan
Gorgias tidak menyalahgunakan ilmu berpidato untuk maksud-maksud jahat. Mereka
adalah orang yang dihormati oleh umum karena moralitas yang bermutu tinggi. Hal
yang sama tidak bisa dikatakan mengenai semua Sofis lain. Akan tetapi di lain
pihak aliran Sofistik pasti juga mempunyai pengaruh yang positif atas
kebudayaan Yunani. Bahkan boleh dikatakan bahwa para Sofis mengakibatkan suatu
revolusi intelektual di yunani. Gorgias dan Sofis-sofis lain menciptakan
menciptakan gaya bahasa yang baru untuk prosa Yunani.
Sejarawan-sejarawan Yunani yang besar,
seperti:
Herodotos dan thukydides, dipengaruhi
secara mendalam oleh pemikiran Sofistik.Pandangan hidup kaum Sofis bergema juga
pada dramawan-dramawan yang tersohor seperti Sophokles dan terutama Euripides.
Dan kami sudah menyebut sebagai jasa-jasa Sofistik bahwa mereka mengambil
manusia sebagai obyek bagi pemikiran filsafat dan bahwa mereka meletakkan
fundamen untuk pendidikan sistematis bagi kaum muda. Tetapi jasa mereka yang
terbesar ialah bahwa mereka mempersiapkan kelahiran filsafat baru.
B. Saran
Kami
menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan dan kesalahan dalam
tulisan maupun penyusunannya, karena selain kami masih dalam tahap belajar,
saya juga manusia biasa yang tidak akan lepas dari salah dan dosa. Oleh karena
itu, kami mengharapkan kritik dan saran konstruktif pembaca demi perbaikan
makalah kami selanjutmya.
DAFTAR
FUSTAKA
Kaum Sofis,
Fadliyanur’s Weblog.
Achmadi,
Asmoro, Filsafat Umum, Jakarta, Rajawali Press, 2000.
Syadali,Ahmad
dan Mudzakir,Filsafat Umum,Bandung,Pustaka Setia,1999.
Tafsir,
Ahmad. 2009. Filsafat Umum. Jakarta: PT Remaja Rosdakarya
http://rudhyalyha.blogspot.com/2010/07tugas-makalah.html?m=1